Kamis, 18 Oktober 2012

Internet Sebagai Sarana Pemasaran

Do you like this post?

Annisa layak berbangga karena hasil usahanya telah membuahkan hasil. Kurang dari lima tahun, Butik Annisa yang omzetnya hanya Rp 1 jt per bulan kini melejit menjadi 70 jt per bulan. Belum lagi jumlah tenaga kerja yang bisa diserap oleh usahanya ini. Karyawan yang bekerja padanya telah bertambah dari yang sebelumnya hanya 2 orang menjadi 40 orang.
Bila saja Annisa adalah ibu-ibu biasa yang tak melek inleriw barangkali ceritanya akan lain. Mungkin harus bertahun-tahun lagi, kisah sukses tentang dirinya dimuat di berbagai media. Mungkin juga ia mengikuti lomba Wirausaha Muda Mandiri yang diselenggarakan Bank Mandiri. Untunglah ia terlahir dalam cohort internet yang membuatnya melek internet. Tahu bahwa produksi busana muslimnya tak hanya dapat mengandalkan strategi word of mouth alias pemasaran dari mulut ke mulut namun dapat menggunakan sarana internet yang tangan-tangannya menggurita ke seluruh dunia. Lewat www.butikannisa.com ia berhasil melipatgandakan modal empat juta rupiah menjadi 33 juta rupiah dalam waktu hanya tiga bulan.
Tentu saja semua itu tak dapat diraih dalam sekejap. Juga bukan karena faktor keberuntungan semata. Mengelola ibu-ibu yang memiliki urusan rumah tangga sendiri-sendiri tentu saja juga membutuhkan kesabaran dan sensitivitas tersendiri. Namun ia berhasil mengatasi problem apa saja yang mungkin terjadi, lebih karena ia sendiri seorang perempuan yang mengerti masalah perempuan lainnya.
Kendati menggunakan internet sebagai sarana utama, bukan berarti Annisa tidak pernah memamerkan hasil produksinya. Cara konvensional ini justru memang tidak pernah lekang oleh zaman. Orang (terutama perempuan) masih selalu ingin meraba, menyentuh, ataupun, mencium produk yang akan dibeli. Oleh karena itu, Annisa juga masih selalu rajin berpameran. Kiatnya adalah menjadikan pameran untuk lebih mendekatkan diri kepada pelanggan secara nyata, menampung masukan-masukan dari talon konsumen, bahkan juga menampung konsumen.
Untunglah, ia terlahir dalam cohort internet yang membuatnya melek internet. Tahu bahwa produksi busana muslimnya tak hanya dapat mengandalkan strategi word of mouth alias pemasaran dari mulut ke mulut, namun dapat menggunakan sarana internet yang tangan-tangannya menggurita ke seluruh dunia.

Lalu apakah Annisa sudah merasa puas dengan hasil yang diperolehnya saat ini? Belum. Ia masih menyimpan keinginan untuk m perbesar usahanya. Bisnis baginya adalah tempat untuk beraktualisasi, serta menjadi sarana untuk mengaktualisasikan diri, serta menjadi untuk sosialisasi dan memberikan manfaat bagi orang lain serta untuk membantu perekonomian keluarga.
Ambisinya itu tidak lepas dari keinginannya untuk membantu lebih banyak orang di sekitarnya. Ia ingin membesarkan usaha hingga mampu memberikan kesempatan kerja yang lebih luas lagi kepada tetangga sekitarnya baik itu penjahit, Sulam pita, pembuat bahan alami, dan sebagainya. Dan hal ini tidak lepas dari apa yang telah menjadi keyakinannya, perempuan bisa berdaya dan juga suka bergaya.
K unci untuk berwirausaha adalah “Action, action, dan action”, kita bisa belajar kalatt kita action dulu. jangan takut dengan ketiadaan modal. Keta­kutan-ketakutan itu harus dieliminasi, yang penting adalah action dan pada prakteknya nanti kita akan belajar se­iring dengan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar